Bangun Jiwa, Tempa Hati: Rutan Ponorogo Gelar Pembinaan Keagamaan Islami untuk Warga Binaan

Pembinaan melalui pengajian rutin dilakukan bagi WBP di Rutan kelas IIB Ponorogo 

PONOROGO, SINYALINDONESIA
 – Dalam suasana teduh Masjid Rutan Kelas IIB Ponorogo, puluhan warga binaan pemasyarakatan (WBP) tampak khusyuk menyimak tausiah yang menggugah hati. Pada Rabu pagi (21/5), lembaga pemasyarakatan ini kembali menggelar kegiatan pembinaan keagamaan Islam yang menekankan nilai-nilai tobat, keikhlasan, dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.

Selama satu jam penuh, tiga ustadz dari Kementerian Agama Ponorogo — Ustadz Rosidin, Ustadz Mistahul Huda, dan Ustadz Imam Sukroni — menyampaikan materi spiritual yang menyentuh sisi terdalam jiwa para narapidana. 

Tidak ada ceramah yang menghakimi, hanya ajakan untuk kembali ke fitrah, mengakui kesalahan, dan berproses menuju pribadi yang baru.

“Bertobat bukan sekadar ucapan. Ia adalah gerbang awal menuju perubahan. Dan keikhlasan menjadi kuncinya,” ujar salah satu pemateri dalam tausiah yang disampaikan dengan penuh empati. 

Para WBP larut dalam suasana reflektif, seolah menjadikan setiap kata sebagai bahan perenungan akan jalan hidup yang mereka tempuh.

Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas agama, melainkan bagian dari strategi pemasyarakatan yang menekankan pembinaan menyeluruh—jasmani, mental, dan spiritual. 

Muhammad Rosidin, penanggung jawab kegiatan, menegaskan bahwa pendekatan keagamaan penting untuk menyiapkan WBP kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik. “Ini adalah ikhtiar batin yang harus terus dirawat,” tuturnya.

Senada dengan itu, Plt. Kepala Rutan, Jumadi, menambahkan bahwa pembinaan spiritual merupakan pilar penting dalam proses pemasyarakatan. 

“Perubahan sejati berasal dari dalam hati. Dan hati yang terisi cahaya spiritual adalah fondasi bagi kehidupan yang lebih terarah,” tegasnya.

Rutan Ponorogo terus menggandeng tokoh agama dan lembaga keagamaan dalam program pembinaan rutin ini, sebagai bentuk sinergi untuk menguatkan nilai-nilai moral di balik jeruji besi. 

Di tempat di mana kebebasan fisik dibatasi, kebebasan hati dan spiritual justru tengah dibangun—perlahan, tapi pasti. Karena setiap manusia, sesulit apa pun masa lalunya, selalu punya kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Sinyal Indonesia

Dilihat :