SURAKARTA, SINYALINDONESIA – Kraton Surakarta Hadiningrat telah menggelar peringatan Wilujengan Adeging Nagari yang Ke-278 (berdasarkan hitungan tahun Masehi) atau Ke-287 (menurut perhitungan tahun Jawa kalender Sultan Agung). Upacara adat tahunan ini berlangsung dengan khidmat di Kagungan Dalem Sasana Handrawina, Kraton Surakarta Hadiningrat, pada hari Sabtu (5/8/2023).
Raja Kraton Surakarta Hadiningrat, SISKS Pakoe Boewono XIII, memimpin secara langsung peringatan bersejarah ini. Beliau didampingi oleh Prameswari Dalem Kraton Surakarta Hadiningrat, GKR Pakoe Boewono, serta dihadiri oleh sejumlah anggota keluarga, kerabat, dan puluhan abdi dalem.
KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si.
Pengageng Parentah Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si., menjelaskan, tujuan utama dari perayaan Adeging Nagari ini adalah untuk menjaga agar warisan budaya dan tradisi leluhur Kraton Surakarta tetap hidup dan lestari.
“Dengan melestarikan budaya, kita tidak hanya mempertahankan warisan berharga ini, tetapi juga dapat mengembangkannya sehingga berkontribusi bagi masyarakat,” ungkap Adik Raja Kraton Surakarta Hadiningrat.
Dalam kegiatan peringatan Adeging Nagari Kraton Surakarta ini, SISKS Pakoe Boewono XIII juga memberikan Jenang Suran dan Barikan kepada seluruh keluarga, kerabat, dan abdi dalem yang hadir.
Prameswari Dalem Kraton Surtakarta Hadiningrat, GKR Pakoe Boewono memberikan Barikan kepada seluruh keluarga, kerabat, dan abdi dalem.
Selain menceritakan sejarah tentang berdirinya Kraton Surakarta Hadiningrat, KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si. juga menjelaskan tentang makna-makna uborampe yang disajikan dalam peringatan berdirinya Kraton Surakarta Hadiningrat yang jatuh setiap tanggal 17 Suro.
Jenang atau Bubur Suran adalah makanan asli Kraton Surakarta Hadiningrat yang disajikan hanya pada waktu-waktu tertentu, yakni Bulan Suro atau tepatnya pada saat peringatan berdirinya Kraton Surakarta yang jatuh setiap tanggal 17 Suro.
Suasana Kagungan Dalem Sasana Handrawina, Kraton Surakarta Hadiningrat.
Sedangkan, Barikan merupakan sebuah tradisi yang dipercaya untuk tolak bala atau menangkal mara bahaya. Dalam tradisi Barikan ini disajikan tujuh makanan khas, yakni Bubur kacang ijem (bubur kacang hijau), Ketos putih dan Srundeng (ketan putih dan ragi), Jenang ketos cemeng (bubur ketan hitam), Jenang wos abrit (bubur beras merah), Kolak waloh (kolak labu kuning), Sayur lodeh (Sayur lodeh), dan Jenang sumsum (bubur sumsum).
Perlu dicermati, pada hari yang sama, GKR. Koes Murtiyah Wandansari atau Gusti Moeng, yang merupakan salah seorang adik perempuan Raja Kraton Surakarta Hadiningrat, juga menggelar Wilujengan Adeging Nagari di Bangsal Semorokoto Kraton Surakarta Hadiningrat, tanpa kehadiran SISKS Pakoe Boewono XIII.
Sebelumnya, Gusti Mung beserta seluruh pengikutnya berbondong-bondong mendatangi Kagungan Dalem Sasana Handrawina namun kemudian rombongan tersebut kembali menuju Bangsal Semorokoto Kraton Surakarta Hadiningrat.(Nang/humas).
COMMENTS