
Temu kangen, WBP bertemu tatap muka bersama keluarganya
PONOROGO, SINYALINDONESIA — Isak haru, senyum lega, dan pelukan hangat mewarnai Ruang Kunjungan Rutan Kelas IIB Ponorogo, Sabtu pagi. Setelah menunggu dalam rindu yang panjang, 102 anggota keluarga akhirnya bisa bertatap muka dengan 52 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Bagi mereka, momen dua setengah jam itu bukan sekadar pertemuan; ia menjadi jembatan kasih sayang yang meneguhkan langkah WBP menapaki jalan pembinaan.
Sejak pukul 08.00 WIB, petugas menata alur kunjungan bak orkestra yang rapi: dua petugas di meja Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) memeriksa dokumen, dua lainnya berjaga di Pintu Utama melakukan penggeledahan badan dan barang bawaan.
Seluruh rangkaian berlangsung cepat, tanpa pungutan biaya, demi memastikan standar “pelayanan publik bersih dan transparan” tetap terjaga.
“Kami ingin WBP tidak merasa terputus dari dunia luar,” tegas Jumadi, Plt. Kepala Rutan Kelas IIB Ponorogo. “Kehadiran keluarga adalah vitamin psikologis yang tak bisa digantikan program lain.”
Jadwal Teratur, Akses Gratis
Rutan menyusun pola kunjungan yang pasti — tahanan dapat dikunjungi Senin dan Kamis (08.00-11.30 WIB), sementara narapidana menerima kunjungan Rabu (08.00-11.30 WIB) dan Sabtu (08.00-10.30 WIB). Persyaratan identitas dibuat sederhana: KTP, SIM, atau paspor bagi dewasa; KIA atau kartu pelajar bagi anak dengan tinggi minimal 100 cm. Bagi keluarga tahanan, tambahan surat izin dari instansi penahan menjadi syarat mutlak.
Ruang Haru dan Harapan
Di sudut ruangan, SA (45)—seorang ibu berkerudung cokelat—memeluk erat putranya. Air mata jatuh perlahan, tapi senyumnya tak reda sepanjang kunjungan.
“Alhamdulillah, bisa melihat wajahnya, memeluk, dan memberi semangat langsung. Terima kasih petugas, pelayanannya ramah,” tuturnya lirih.
Menurut psikolog pemasyarakatan, dukungan keluarga terbukti menurunkan stres, mengurangi risiko pelanggaran, dan mempercepat proses reintegrasi sosial. Itulah sebabnya manajemen Rutan menempatkan program kunjungan sebagai pilar pembinaan, setara pentingnya dengan pelatihan keterampilan dan pembinaan spiritual.
Lebih dari Sekadar Prosedur
Tanpa insiden keamanan, rangkaian kunjungan berakhir tepat 10.30 WIB. Namun dampaknya terasa jauh melampaui waktu. Pelukan singkat itu menyisakan percikan harapan, menyadarkan banyak warga binaan bahwa di luar sana ada keluarga yang menunggu mereka kembali—lebih matang, lebih kuat, dan siap menjemput masa depan baru.
Dengan membuka pintu ruang kunjungan, Rutan Ponorogo ingin mengirim pesan sederhana: di balik jeruji besi, manusia tetap manusia—berhak atas kasih sayang, kesempatan kedua, dan tentu saja… pelukan hangat keluarga.(Nang/SI/Red).
Posting Komentar