Dari Subuh Hingga Siap Saji: Dapur Rutan Ponorogo Bergerak Profesional Demi Hak Makan Warga Binaan

Distribusi bahan makanan di rutan kelas IIB Ponorogo diawasi secara ketat

PONOROGO, SINYALINDONESIA
Ketika sebagian besar warga masih terlelap, denyut dapur Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Ponorogo sudah berdegup kencang. Pukul 04.30 WIB, petugas dapur dan tamping (tahanan pendamping) telah bersiap di titik awal aktivitas: briefing dan doa bersama. 

Inilah awal dari rangkaian kerja penuh tanggung jawab dalam memenuhi hak dasar warga binaan—makanan yang layak, bergizi, dan manusiawi.

Dipimpin oleh Fatta Yusuf, petugas dapur senior yang dikenal telaten, pagi hari di Rutan Ponorogo bukan sekadar rutinitas. Ia dan timnya bergerak dengan presisi: memeriksa bahan makanan yang baru datang dari vendor, mencocokkan dokumen, memastikan kualitas, lalu berlanjut ke proses pengolahan yang higienis dan terstandar.

“Kami mulai dengan menyamakan semangat, membagi tugas, lalu bergerak sesuai peran masing-masing. Ini bukan sekadar memasak, ini soal komitmen menjaga hak dasar manusia,” ujar Fatta Yusuf saat ditemui usai pemeriksaan bahan makanan, Jumat (30/5).

Setiap bahan makanan—dari beras, sayur segar, hingga lauk-pauk—melewati proses pemeriksaan ketat. Tak ada yang boleh lolos dari standar mutu. Surat Jalan dan Berita Acara Penerimaan dicek satu per satu, memastikan transparansi dan akuntabilitas tetap dijaga.

Usai pemeriksaan, bahan langsung diolah. Dapur Rutan dikelola bersama 11 tamping pilihan yang sebelumnya telah melalui seleksi ketat. 

Mereka bukan hanya membantu proses memasak, tapi juga menjadi bagian penting dalam sistem rehabilitasi—mereka belajar tanggung jawab, kebersihan, dan kedisiplinan.

“Dapur itu jantung pelayanan kami,” tegas Kepala Rutan Ponorogo, Muhammad Agung Nugroho. “Kami tak main-main soal makanan. Mulai dari bahan baku hingga makanan sampai ke tangan warga binaan, semuanya harus memenuhi standar kesehatan dan etika pelayanan.”

Menurut Agung, sistem kerja yang diterapkan bukan hanya soal prosedur, tapi juga filosofi: setiap warga binaan punya hak untuk diperlakukan secara bermartabat. Termasuk dalam urusan makanan.

Dapur ini menjadi ruang kerja kolektif, tempat kepercayaan dibangun antara petugas dan warga binaan. Di sana tak hanya tercipta aroma masakan, tapi juga ruang tumbuhnya harapan dan pembelajaran. Dalam kesederhanaan dapur rutan, nilai-nilai keadilan sosial dan kemanusiaan tetap dijaga.

Melalui pengawasan ketat, prosedur yang transparan, serta semangat kerja tim yang konsisten, Rutan Ponorogo menegaskan komitmennya: pemasyarakatan bukan sekadar soal menahan, tapi juga merawat.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Sinyal Indonesia

Dilihat :