Zulkipli,
kepala BPS Jawa Timur
SURABAYA, SINYALINDONESIA – Awal tahun 2025 dibuka dengan tren deflasi di Jawa Timur. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur melaporkan bahwa pada Januari 2025, daerah ini mengalami deflasi bulan ke bulan (m-to-m) sebesar 0,54 persen, meski secara tahunan (y-on-y) tetap mencatat inflasi sebesar 1,06 persen.
Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, menjelaskan bahwa faktor utama yang mendorong deflasi ini adalah stimulus berupa diskon tarif listrik, yang memberikan andil sebesar 1,18 persen terhadap penurunan harga secara umum.
Selain itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga berkontribusi pada deflasi, terutama melalui penurunan harga telur ayam ras, bawang merah, tomat, dan ketimun dengan total andil gabungan sebesar 0,08 persen.
"Kebijakan stimulus listrik cukup signifikan dalam menekan angka inflasi, namun kita tetap perlu mewaspadai dinamika harga pangan, terutama dengan curah hujan yang tinggi di awal tahun ini," ujar Zulkipli dalam rilis resmi BPS, Senin (3/2/2025).
Harga Komoditas Pertanian Naik, Nilai Tukar Petani Meningkat
Di sektor pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 2025 naik sebesar 1,16 persen, mencapai 113,26 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya Indeks Harga yang diterima petani sebesar 1,35 persen, sementara Indeks Harga yang dibayar petani hanya naik 0,19 persen.
Komoditas utama yang mengalami kenaikan harga di awal tahun ini adalah cabai rawit, cabai merah, wortel, dan tebu. Fenomena ini tidak terlepas dari curah hujan tinggi yang melanda Jawa Timur, yang berdampak pada pasokan dan harga komoditas hortikultura serta perkebunan.
"Kondisi cuaca saat ini cukup berpengaruh pada harga produk pertanian, terutama komoditas yang rentan terhadap hujan. Ini jadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam kebijakan stabilisasi harga pangan ke depan," tambah Zulkipli.
Ekspor Turun, Impor Naik di Akhir 2024
Dari sektor perdagangan, kinerja ekspor Jawa Timur pada Desember 2024 tercatat mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Total nilai ekspor mencapai 2,10 miliar dolar AS, sementara impor lebih tinggi di angka 2,77 miliar dolar AS.
Sama seperti bulan-bulan sebelumnya, komoditas perhiasan dan permata masih menjadi penyumbang utama ekspor non-migas sepanjang tahun 2024. Di sisi lain, kelompok mesin dan perlengkapan mekanis tetap menjadi komoditas dengan nilai impor terbesar.
Wisatawan Nusantara Meningkat, Wisman Masih Lesu
Di sektor pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Timur pada Desember 2024 tercatat sebanyak 19.265 kunjungan, mengalami penurunan 7,47 persen dibandingkan November 2024.
Namun, sektor pariwisata tetap menunjukkan optimisme dengan lonjakan wisatawan domestik. Pada Desember 2024, jumlah perjalanan wisatawan nusantara mencapai 20,29 juta perjalanan, meningkat signifikan sebesar 24,25 persen dibanding bulan sebelumnya.
"Kenaikan ini menunjukkan bahwa masyarakat lokal masih menjadi motor utama pergerakan sektor wisata di Jawa Timur. Ini bisa menjadi peluang bagi pengelola wisata dan pemerintah daerah untuk lebih mengoptimalkan potensi wisata domestik," jelas Zulkipli.
Selain itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada Desember 2024 mencapai 58,44 persen, naik 1,20 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Kabupaten-kabupaten dengan destinasi wisata populer turut mengalami peningkatan okupansi hotel, terutama menjelang libur akhir tahun.
Proyeksi Ekonomi Jawa Timur ke Depan
Deflasi yang terjadi di Januari 2025 menjadi awal tahun yang cukup positif bagi Jawa Timur, terutama bagi daya beli masyarakat. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam menjaga stabilitas harga komoditas pertanian dan menyeimbangkan neraca perdagangan yang masih menunjukkan defisit impor.
Kinerja sektor pariwisata yang masih lesu untuk wisatawan asing juga menjadi catatan penting bagi pemangku kebijakan. Perlu strategi lebih agresif untuk menarik kembali minat wisatawan mancanegara pasca-liburan akhir tahun.
"Tren ini harus terus dikawal agar perekonomian Jawa Timur tetap tumbuh sehat dan berdaya saing. Keseimbangan antara kebijakan pengendalian inflasi, stabilisasi harga pangan, serta strategi perdagangan dan pariwisata harus terus diperkuat," pungkas Zulkipli.
Dengan dinamika yang terjadi di awal tahun ini, Jawa Timur masih memiliki potensi besar untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025.(Nang).
Posting Komentar