Santri Jadi Agen Pelestarian Air, 150 Lubang Biopori Ditanam di Lingkungan Pesantren
![]() |
| Andi Widodo, dari Maesa group bersama Samsi Hasan disaksikan dari Kemenag dan DLH lakukan penanaman Biopori di lingkungan Ponpes |
PONOROGO, SINYALINDONESIA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo bersama Yayasan Menabung Air dari Maesa Group menggandeng Pondok Pesantren Darul Huda Mayak untuk menggaungkan gerakan tanam biopori sebagai bagian dari pelestarian lingkungan dan konservasi air tanah.
Acara yang digelar Selasa (20/5/2025) di aula pondok ini bukan sekadar sosialisasi, tapi juga aksi nyata. Sebanyak 150 lubang biopori langsung ditanam di kawasan pesantren.
Kegiatan ini menjadi bagian dari dukungan terhadap verifikasi Adiwiyata dan ECO Pesantren tingkat Jawa Timur yang sedang diikuti oleh Ponpes Darul Huda Mayak.
Kepala MTs Darul Huda Mayak, Ustad Samsi Hasan, mengungkapkan rasa syukurnya karena pondoknya dipercaya menjadi mitra gerakan hijau ini.
“Insyaallah ini sangat bermanfaat, apalagi pondok kami sering jadi tempat genangan air karena posisinya di dataran rendah. Dengan biopori, air bisa diserap langsung oleh tanah,” ujar Kyai Samsi.
Gerakan ini juga mendapat apresiasi dari DLH Ponorogo. Kabid Penataan dan Penaatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan DLH Ponorogo, Arief Kurniawan, menyebut langkah ini sebagai momentum yang strategis.
“Ponpes ini tengah diverifikasi untuk Adiwiyata dan ECO Pesantren Jatim. Sekali jalan, kita bisa capai banyak tujuan. Lingkungan lebih sehat, air tanah terjaga, dan santri belajar langsung soal pelestarian alam,” jelas Arief.
Sementara itu, Andi Widodo dari Yayasan Menabung Air Maesa Group menjelaskan bahwa pihaknya menargetkan penanaman 5.000 lubang biopori di Jawa Timur dan sekitarnya di tahun 2025 selanjutnya pada tahun berikutnya juga menargetkan 1 Juta Biopori di seluruh wilayah Indonesia. Darul Huda Mayak menjadi salah satu lokasi prioritas karena semangat kemandiriannya.
“Kami percaya pesantren punya kekuatan besar dalam membentuk kesadaran lingkungan, dan gerakan menabung air ini adalah bentuk kontribusi kami terhadap masa depan,” ungkapnya.
Dalam sesi sosialisasi, pemateri Surya Mega menekankan pentingnya biopori sebagai cara sederhana dan efektif menjaga cadangan air di musim kemarau.
“Semua kehidupan bergantung pada air. Lewat biopori, kita ajarkan cara mudah menjaga air tetap tersedia di masa depan,” jelasnya.
Kegiatan ini bukan hanya simbol kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan pendidikan, tapi juga langkah nyata membangun budaya cinta lingkungan mulai dari pesantren. Dari santri, lahir aksi nyata untuk bumi yang lestari.
Penulis : Nanang

Posting Komentar