Bangun Rutan yang Lebih Humanis, Karutan Ponorogo Tinjau Blok Perempuan dan Latihan Tata Boga

M. Agung Nugroho, Karutan Ponorogo ketika sambangi blok hunian 

PONOROGO, SINYALINDONESIA 
— Suasana di blok hunian perempuan Rutan Kelas IIB Ponorogo sore itu berbeda dari biasanya. Sekitar pukul 14.30 WIB, Kepala Rutan, Muhammad Agung Nugroho, melakukan kontrol langsung ke dalam blok yang dihuni oleh 10 warga binaan—lima di antaranya masih berstatus tahanan, sisanya narapidana. 

Kehadiran Karutan bukan sekadar inspeksi rutin, tetapi bagian dari upaya membangun pemasyarakatan yang lebih humanis dan berorientasi pada pembinaan yang nyata.

Didampingi Joko Wiyono dari staf Kamtib dan petugas blok wanita, Titis, Karutan menyusuri kamar hunian, mengecek kebersihan, dan berdialog dengan warga binaan. 

Dengan pendekatan komunikatif, Agung menyampaikan pesan penting: masa pembinaan adalah kesempatan kedua yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

“Saya berharap ibu-ibu semua bisa menjaga lingkungan tetap bersih, patuh terhadap tata tertib, dan aktif mengikuti pembinaan. Ini bukan akhir dari segalanya, melainkan awal untuk kehidupan yang lebih baik,” ucap Agung, sembari menyapa hangat para penghuni blok.

Membangun Harapan di Balik Jeruji

Kunjungan tak berhenti di blok hunian. Karutan kemudian meninjau pelatihan keterampilan tata boga—salah satu program unggulan pembinaan kemandirian di Rutan Ponorogo. 

Di dapur sederhana yang terhubung dengan kantin Rutan, tampak warga binaan sibuk mengolah adonan, membentuk jajanan, dan menata kemasan dagangan. 

Hasil karya mereka dijual kepada pengunjung dan pegawai, menjadi sumber semangat dan rasa percaya diri baru.

Menurut Agung, kegiatan seperti ini bukan sekadar pelatihan teknis. “Ini adalah bentuk nyata pembinaan. Mereka tidak hanya belajar membuat makanan, tapi juga belajar menghargai kerja, merasakan proses, dan membangun mimpi baru untuk masa depan,” ujar Agung.

Ia menambahkan, program kemandirian ini akan terus dikembangkan agar warga binaan memiliki bekal keterampilan dan mental wirausaha saat kembali ke masyarakat. 

“Kita ingin mereka pulang dengan harapan, bukan dengan trauma,” imbuhnya.

Sinergi Petugas dan Warga Binaan

Kegiatan kontrol ini juga menjadi momentum mempererat komunikasi antara pimpinan, petugas, dan warga binaan. Di tengah tantangan yang dihadapi institusi pemasyarakatan, pendekatan empatik dan pembinaan yang terarah menjadi kunci utama dalam menciptakan suasana Rutan yang aman dan kondusif.

Karutan menyampaikan apresiasi kepada seluruh petugas, khususnya yang aktif mendampingi warga binaan perempuan. “Tugas kita tidak ringan, tapi ketika dilakukan dengan hati, hasilnya bisa sangat luar biasa,” tegasnya.

Rutan Ponorogo dan Komitmen Pembinaan Berbasis Kemanusiaan

Langkah yang dilakukan Muhammad Agung Nugroho mencerminkan wajah baru pemasyarakatan: lebih dekat, membina, dan manusiawi. Dalam sistem yang sering dicap keras dan tertutup, pendekatan yang terbuka seperti ini menjadi harapan bagi perubahan.

Rutan Ponorogo menunjukkan bahwa pembinaan bukan sekadar slogan, melainkan proses berkelanjutan yang melibatkan semua pihak—pimpinan, petugas, hingga warga binaan itu sendiri.

Penulis : Nanang

0/Post a Comment/Comments

Sinyal Indonesia

Dilihat :